Bab 1 Pertemuan Di Kafe Senja ( The First Bloom )
MUFARA`
Langit sore yang tampak oranye.
Hujan baru saja berhenti, aroma tanah basah yang menyebar dan suara rintik kecil dari sisa hujan membuat atap dari kafe yang kutempati, menciptakan sebuah suara yang begitu tenang. Kafe yang terletak di pinggir jalanan itu adalah tempat favoritku. Namaku Rei, seperti biasa aku hanya duduk sendirian di kafe tersebut menikmati secangkir kopi dingin dan menatap ke arah jendela yang buram. ya, jendela tersebut berembun karena sehabis hujan. Kaca yang memantulkan bayangan wajahku yang samar serta asing.
Aku tidak tahu berapa lama aku sudah hidup seperti ini. Datar, sunyi, tanpa alasan untuk tersenyum.
Sampai akhir nya keheningan yang aku rasa kan tadi... terpecah saat mendengar suara pintu kafe terbuka.
Bel berbunyi pelan.
Dan suara langkah tergesa terdengar mendekat.
"Ah! Akhirnya... dapat juga nih kursi yang kosong !"
Tanpa meminta izin, seorang gadis berambut cokelat muda dengan jaket kuning pastel langsung duduk tepat di samping ku.
Tatapannya hidup, matanya berkilau seperti matahari yang menembus hujan.
Aku menatapnya sebentar.
Gadis itu membalas dengan tersenyum lebar.
"Apa kau keberatan ? Semua meja penuh, aku cuma mau duduk sebentar."
"Tidak," Jawabku datar.
"Syukurlah."
Gadis itu membuka tasnya, mengeluarkan sebuah kamera kecil, dan menatap keluar jendela. Ia mengambil foto dari rintik air yang jatuh dari atap, lalu berkata pelan tanpa menoleh:
"Cantik, ya? Dunia setelah hujan itu... kayak baru mulai bernapas lagi, seperti orang baru yang terlahir kembali dan menjalani nya dengan sepenuh hati." Dia terseyum kembali.
Aku tidak menjawabnya.
Namun entah mengapa, kalimat yang di ucapkan nya terasa menusuk di dadaku.
Aku menatap gadis itu diam-diam.
Caranya tersenyum, caranya menikmati hal sederhana, seolah setiap detik nya kehidupan yang ia lalui itu sangat lah berharga baginya.
"Nama ku Hana," kata nya sambil menatap ku. "Dan kamu?"
"... Rei."
"Rei?"
Ia tersenyum lagi. "Nama yang sangat cocok untuk auramu yang terlihat tenang."
Aku menundukkan kepalaku. Aku belum pernah merasa ada seseorang yang bicara padaku seakrab itu sebelumnya. Lalu gadis itu menatap langit di luar jendela, menutup kameranya, dan berbisik pelan:
"Aku suka tempat ini. Rasanya damai. Mungkin aku akan datang lagi besok."
Ia berdiri, melambai singkat, lalu pergi sebelum aku sempat berkata apapun. Hanya aroma samar parfum bunga tertinggal di udara.
Perasaan senang dan penasaran yang tak bisa di jelaskan oleh kata kata, karena gadis tersebut hadir sesaat di kafe favoritku. Menjadikan ini sebuah perjalanan awal dari kisahku selanjutnya. Aku menatap kursi kosong di sampingku dan tersenyum kecil. Nama yang sangat indah, Hana yang berarti bunga sesuai dengan bau parfum yang ia tinggalkan.
Hari itu dan untuk pertama kalinya aku merasa dunia yang sudah kuanggap hampa, berwarna kembali datang menemui ku saat aku sudah putus asa akan kehidupan.
🌧️🌧️🌧️